Sabtu, 24 September 2016

Tari Lukah Gilo Malam Silaturahmi Masyarakat Tebo (Jejak Tanah Sumay)





JAMBI(24/09)Malam
silaturahmi masyarakat tebo yang berlangsung di hotel novita disambut sangat
antusias sekali oleh masyarakat tebo yang ada dijambimau pun mereka yang datang
langsung dari kabupaten tebo acara ini juga dihadiri langsung oleh gubernur
jambi H. zumi zola, mantan bupati tebo H. majid muaz dan dua kandidat calon
bupati dan calon wakil bupati sukandar -syahlan dan Hamdi-Harmain, para tamu
undangan ini juga disuguhkan dengan tarian lukah gilo yang berasal dari tebo
tengah dusun semambu, Suasana mistis di ruangan sultan tahha terasa sangat kental
sekali, aroma kemenyamanpun tercium oleh para tamu undangan yang hadir di
ruangan tersebut.
Lukah Gilo merupakan
kesenian tradisional dari 
Suku Minangkabau yang
tinggal di 
Sumatera Barat. Kesenian ini mirip dengan jailangkung yang
dikendalikan oleh seorang pawang.
Istilah 
lukah gilo berasal dari bahasa Minangkabau, di mana lukah berarti alat
tangkap ikan yang terbuat dari anyaman rotan
 dan gilo berarti gila. Dengan
demikian, lukah gilo dapat diartikan sebagai alat tangkap ikan yang terbuat
dari rotan dan dapat bergerak ke mana-mana layaknya orang gila.
Kesenian tari lukah gilo muncul saat Raja
Adhityawarman
 menguasai Pulau Sumatera. Pada masa tersebut, dalam
upacara ritual-ritual kerajaan, raja selalu menggunakan kekuatan-kekuatan animisme dan dinamisme. Pada perkembangannya, ritual itu
menjadi sebuah kesenian rakyat yang menghibur dan disenangi, seperti contohnya
lukah gilo ini. Pada masa kaum Paderi berkuasa, kesenian ini sempat hilang,
akan tetapi hingga kini sebagian masyarakat masih berusaha merawat dan
menggelarnya
.

Sisi keunikan dan kesakralan tari lukah
gilo terletak pada gerakan lukah akibat masuknya jin dalam lukah tersebut,
setelah diberi mantra oleh Kulipah.
Selain itu, tari ini akan semakin menarik untuk ditonton jika ada penonton yang
kesurupan jin yang masuk dalam lukah gilo. Lukah yang dibentuk seperti boneka
akan bergerak liar mengikuti irama musik tradisional Sumatera Barat. Beberapa orang mencoba
memegang dan menahan gerakan lukah tersebut, namun mereka tak kuasa lalu ikut
berjoget. Gerakan lukah baru berhenti apabilaKulipah menarik
kembali mantranya.
Dalam pertunjukannya, tari lukah gilo
selalu dilengkapi dengan beberapa syarat, antara lain menghidangkan sesaji
berupa makanan dan minuman, ramuan jeruk, kembang, darah ayam, dupa, dan
sebagainya. Hal ini diperlukan oleh Kulipah untuk
memanggil jin. Selama pertunjukkannya, lukah gilo juga akan diiringi musik dan
nyanyian tradisional Minang
.

Lukah gilo pada awalnya juga tidak
disertai dengan unsur seni lain, seperti musik, vokal, atau instrumen. Namun
pada perkembangan selanjutnya, musik tradisional Minang dimasukkan menjadi
pengiring tari lukah gilo. Penambahan unsur tersebut dikarenakan tujuan
pertunjukan lukah gilo tidak lagi hanya untuk hal-hal yang berhubungan dengan
magis semata, akan tetapi juga untuk Musik tradisional Minang akan dimainkan
sepanjang tari dan baru akan berhenti jika penari sudah lelah lalu dihentikan
sesuai perintahKulipah.
Musik akan dipukul dengan menyesuaikan gerakan yang muncul dari lukah gilo.
Dalam kondisi ini, tidak jarang terkadang lukah mengalami kesurupan. Oleh
karena itu, peran Kulipah sangat
berat karena juga harus mengobati mereka yang kesurupan.
Lukah gilo biasanya dipentaskan pada
malam hari. Menurut Kulipah,
waktu malam hari dianggap tepat agar mudah memanggil Jin yang
akan dimasukkan ke dalam lukah gilo. Waktu malam hari ini pula yang menyebabkan
pertunjukan lukah gilo terasa semakin magis dan sakral.


Sumber: WIKIPEDIA